Beranda | Artikel
Ujian Merupakan Sunatullah Pada MakhlukNya
Selasa, 2 November 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi

Ujian Merupakan Sunatullah Pada MakhlukNya adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Furqan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 25 Rabiul Awal 1443 H / 1 November 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Ujian Merupakan Sunatullah Pada MakhlukNya

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Ashabul Ukhdud adalah sebagai berikut:

6. Ujian merupakan sunatullah pada makhlukNya

Pelajaran ini diambil dari kisah Ashabul Ukhdud. Dimana Si Rahib diuji keimanannya dengan disiksa sampai dibelah tubuhnya menjadi dua dengan gergaji. Kemudian juga teman duduknya raja, juga ghulam beserta orang-orang beriman diuji dengan dibakar.

Manusia diciptakan di atas muka bumi ini untuk diuji. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari nutfah yang Kami ingin mengujinya, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. Al-Insan[76]: 2)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا…

“Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan kematian dan kehidupan, agar Allah uji kalian, siapa di antara kalian yang paling baik amalnya.” (QS. Al-Mulk[67]: 2)

Ulama menyebutkan ujian di dunia ini dengan dua hal. Yaitu dengan kebaikan dan dengan keburukan, dengan kekayaan dan dengan kemiskinan, dengan kesusahan dan dengan kesenangan.

Sebagian kita menyangka ujian itu hanya dengan kemiskinan, tidak punya uang, kekurangan, kesempitan, sakit dan semua hal yang tidak menyenangkan. Padahal sesungguhnya semua kebaikan adalah ujian; kekayaan, sehat, kelapangan, semua kesenangan itu ujian.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

…وَبَلَوْنَاهُم بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Dan Kami uji mereka dengan kebaikan-kebaikan dan Kami uji mereka juga dengan keburukan-keburukan, semoga mereka kembali.” (QS. Al-A’raf[7]: 168)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Setiap jiwa yang memiliki nyawa pasti akan merasakan kematian, dan Kami uji kalian  dengan keburukan dan dengan kebaikan sebagai cobaan. Dan kepada Kami lah kalian dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya[21]: 35)

Jadi yang akan sukses/selamat/berhasil menghadapi ujian adalah orang yang beriman. Yaitu imannya bukan hanya sekedar dimulut, tetapi imannya betul-betul menghujam di hati dan dibuktikan dengan amalan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Sungguh menakjubkan perkaranya orang beriman itu, semua perkaranya baik baginya. Dan itu tidak dimiliki kecuali oleh orang yang beriman. Apabila dia mendapatkan kebaikan, dia bersyukur, dan itu baik baginya. Apabila dia ditimpa dengan musibah, dia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR. Muslim)

Tujuan Allah menguji manusia

Tujuan Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji kita semua di atas muka bumi ini adalah memisahkan/membedakan antara yang jelek dengan yang baik, yang dusta dengan yang jujur. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ‎﴿٢﴾‏ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ ‎﴿٣﴾

“Apakah manusia mengira dibiarkan begitu saja mengucapkan: ‘Kami beriman’, dan mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, sungguh Allah mengetahui (dengan ujian tersebut) orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut[29]: 2-3)

Ujian Allah kepada orang beriman merupakan bukti bahwa Allah cinta kepadanya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

“Sesungguhnya besarnya balasan bersama dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila mencintai suatu kaum, Allah uji mereka. Barangsiapa yang ridha akan mendapatkan ridhanya Allah, dan barangsiapa yang murka akan mendapatkan murkanya Allah.” (HR. Tirmidzi)

Ujian merupakan penghapus dosa sekaligus mengangkat derajat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِى نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

“Senantiasa ujian itu menimpa seorang yang beriman laki-laki atau wanita pada dirinya, pada anaknya, pada hartanya, sampai dia berjumpa dengan Allah kelak tidak membawa dosa sedikitpun.” (HR. Tirmidzi)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَكُونُ لَهُ الْمَنْزِلَةُ عِنْدَ اللهِ فَمَا يَبْلُغُهَا بِعَمَلٍ فَلَا يَزَالُ اللهُ يَبْتَلِيهِ بِمَا يَكَرُّهُ حَتَّى يَبْلُغَهُ إِيَّاهُ

“Sesungguhnya seseorang mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah bukan sebab karena banyak beramal, terus Allah Subhanahu wa Ta’ala mengujinya dengan ujian yang tidak dia sukai sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala menyampaikannya ke derajat tersebut.” (HR. Ibnu Hibban)

7. Disyariatkannya berobat

Menit ke-24:07 Ini diambil dari kisah Ashabul Ukhdud, dimana Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa:

وكانَ الغُلامُ يبْرئُ الأكْمةَ والأبرصَ، ويدَاوي النَّاس مِنْ سائِرِ الأدوَاءِ

“Anak muda itu bisa mengobati orang yang buta, orang yang terkena penyakit kusta, dan mengobati manusia dari berbagai macam penyakit (dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala).”

Sehat merupakan kenikmatan yang paling besar secara mutlak setelah keimanan. Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وسلُوا اللهَ المعافاةَ فإنَّهُ لم يُؤْتَ أحدٌ بعد اليقينِ خيرًا من المعافاةِ

“Mintalah kesehatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena tidaklah seseorang diberikan sesuatu yang lebih baik setelah keyakinan daripada kesehatan.” (HR. Ibnu Majah dan yang lainnya)

Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيرِهَا

“Barangsiapa dipagi hari yang merasa aman bersama keluarganya, jasadnya sehat, memiliki makanan pokok dihari itu, seakan-akan dunia itu sudah diberikan semuanya untuknya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan yang lainnya)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُسْأَلُ عَنْهُ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ النَّعِيمِ أَنْ يُقَالَ لَهُ أَلَمْ نُصِحَّ لَكَ جِسْمَكَ

“Sesungguhnya nikmat yang pertama kali akan ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat adalah dikatakan kepadanya: ‘Bukankah Kami telah memberikan kesehatan kepada jasadmu dan telah memberikan minuman yang dingin kepadamu?`” (HR. Tirmidzi dan yang lainnya)

Apabila perkaranya seperti itu, maka wajib bagi setiap orang untuk menjaga kesempurnaan kesehatan jasad dan badannya, apalagi Islam memerintahkan hal tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim)

Maka salah satu bentuk syukur adalah dengan menjaganya, yaitu dengan menggunakan jasad kita untuk beraktivitas. Misalnya setelah shalat subuh di masjid, kemudian ngaji, membaca yang dipelajari, kemudian olahraga walaupun sebentar. Adapun yang tidak bersyukur adalah yang tidur ba’da subuh. Ini sumber penyakit dan tidak mendapatkan keberkahan dari doanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا

“Ya Allah, berkahilah untuk umatku dipagi harinya.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan yang lainnya)

Bagaiman pembahasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50975-ujian-merupakan-sunatullah-pada-makhluknya/